Aku kembali bingung. Aku bingung harus bagaimana berbicara kepada
mereka. Mereka yang aku sayangi. Mereka yang bersamaku selama setahun ini. Mereka
yang selalu membuat harapan-harapan. Mereka yang selalu memekarkan senyuman.
Walaupun… mereka buat harapan palsu. Mereka buat senyum palsu. Mereka buat
hal-hal menjengkelkan. Mereka buat kekecewaan. Mereka buat kesakitan di hati. Mereka
buat kerempongan semata. Mereka buat kelas gaduh.
Tapi benar sulit mengatakan hal ini. Berita yang mungkin mengecewakan
atau mungkin hanya sebuah berita biasa.
Jujur, aku anak yang penurut. Aku anak yang jarang menentang kehendak
orang tua. Jika orang tua berkata ‘ini’, aku akan ‘ini’ juga. Jika aku ingin ‘itu’,
aku coba katakan ‘itu’. Jika dipinta alasan, aku akan menjawab alasannya. Jika syarat
memilih ‘ini’ jelas tidak ada pada pilihan ‘itu’ dan akan mengkhawatirkan, aku
kalah. Aku menurut, aku pilih ‘ini’.
Pada masalah ini, jelas aku yang kalah. Mata masih sakit, tubuh kurang
fit. Pendamping belum jelas. Apalagi bapak bilang, “Ga usah ikut dulu ya, bapak
kan baru sembuh, takut kepikiran, khawatir.” Itu kenyataan yang aku alami. Kenyataan
yang tidak memenuhi syarat perizinan dari orang tua.
Acara ini berharga bagiku. Aku sangat ingin berpartisipasi, tapi
sayang, keadaan tak mendukungku. Acara perpisahan mereka bilang. Diadakan di
salah satu villa di daerang Mega Mendung, Bogor. Tanggal 26-27 Juni 2014.
Bagiku tidak ada perpisahan di antara kita (11-4). Bukan aku tidak
solid. Bukan aku tidak ingin. Bukan aku tidak suka. Bukan aku tidak menghargai
kalian. Bukan aku tak ingin bersama kalian. Bukan, sungguh bukan.
Sungguh, aku menyayangi kalian. Tapi sayangku kepada orang tuaku lebih
besar, daripada untuk kalian. Tentu kalian juga begitu. Maaf. Sungguh aku minta
maaf. Tapi aku bingung bagaimana harus membicarakan hal ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar