Rabu, 25 Juni 2014

Tidak Ada Perpisahan Di Antara Kita

Aku kembali bingung. Aku bingung harus bagaimana berbicara kepada mereka. Mereka yang aku sayangi. Mereka yang bersamaku selama setahun ini. Mereka yang selalu membuat harapan-harapan. Mereka yang selalu memekarkan senyuman.
Walaupun… mereka buat harapan palsu. Mereka buat senyum palsu. Mereka buat hal-hal menjengkelkan. Mereka buat kekecewaan. Mereka buat kesakitan di hati. Mereka buat kerempongan semata. Mereka buat kelas gaduh.
Tapi benar sulit mengatakan hal ini. Berita yang mungkin mengecewakan atau mungkin hanya sebuah berita biasa.
Jujur, aku anak yang penurut. Aku anak yang jarang menentang kehendak orang tua. Jika orang tua berkata ‘ini’, aku akan ‘ini’ juga. Jika aku ingin ‘itu’, aku coba katakan ‘itu’. Jika dipinta alasan, aku akan menjawab alasannya. Jika syarat memilih ‘ini’ jelas tidak ada pada pilihan ‘itu’ dan akan mengkhawatirkan, aku kalah. Aku menurut, aku pilih ‘ini’.
Pada masalah ini, jelas aku yang kalah. Mata masih sakit, tubuh kurang fit. Pendamping belum jelas. Apalagi bapak bilang, “Ga usah ikut dulu ya, bapak kan baru sembuh, takut kepikiran, khawatir.” Itu kenyataan yang aku alami. Kenyataan yang tidak memenuhi syarat perizinan dari orang tua.
Acara ini berharga bagiku. Aku sangat ingin berpartisipasi, tapi sayang, keadaan tak mendukungku. Acara perpisahan mereka bilang. Diadakan di salah satu villa di daerang Mega Mendung, Bogor. Tanggal 26-27 Juni 2014.
Bagiku tidak ada perpisahan di antara kita (11-4). Bukan aku tidak solid. Bukan aku tidak ingin. Bukan aku tidak suka. Bukan aku tidak menghargai kalian. Bukan aku tak ingin bersama kalian. Bukan, sungguh bukan.
Sungguh, aku menyayangi kalian. Tapi sayangku kepada orang tuaku lebih besar, daripada untuk kalian. Tentu kalian juga begitu. Maaf. Sungguh aku minta maaf. Tapi aku bingung bagaimana harus membicarakan hal ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar